AGUNGNYA MAGHFIRAH (AMPUNAN) ALLAH
AGUNGNYA MAGHFIRAH (AMPUNAN) ALLAH
Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati
Di antara kata yang banyak disebut dalam al-Qur’an adalah kata maghfirah (ampunan Allah). Kata ini disebutkan dalam al-Qur’an dengan menggunakan kata al-maghfirah (memakai alif lam) sebanyak dua kali, sedangkan dengan kata maghfirah (tanpa alif lam) sebanyak tujuh belas kali. Sementara apabila dari semua kata yang terbentuk dari kata dasarnya (musytaq) disebutkan sebanyak 234 kali. Jumlah yang sangat banyak tentunya. Karena itu, hampir setiap lembaran al-Qur’an yang kita baca, umumnya akan dijumpai kata al-maghfirah atau yang diambil dari kata tersebut.
Banyaknya kata ini disebut oleh Allah dalam al-Qur’an tentu bukan tanpa makna dan hikmah. Dengan banyaknya disebutkan dalam al-Qur’an, menunjukkan betapa penting dan istimewanya maghfirah atau ampunan Allah ini.
Bagaimana tidak, berkaitan dengan ampunan ini, Allah menyebutkan tiga sifatNya dalam al-Qur’an: ghâfir ( غافر ), ghafûr ( غفور ) dan ghaffâr ( غفار ). Tidak semata-mata Allah menyebutkan tiga sifat untuk satu makna dan pengertian, kecuali menunjukkan pentingnya ampunan Allah.
Saking pentingnya ampunan Allah ini, Allah sampai menyuru dan mengajak hamba-hambaNya untuk memohon dan menuju ampunanNya. Allah berfirman:
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ
Artinya: “Sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya” (QS. Al-Baqarah [2]: 221).
Bahkan, Allah memerintahkan untuk bersegera dan berlomba meraih serta menuju ampunanNya. Allah berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran [3]: 133).
Demikian juga dalam ayat di bawah ini:
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
Artinya: “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi” (QS. Al-Hadîd [57]: 21).
Bahkan, perhatikan dalam ketiga aya di atas. Kata maghfirah selalu digandengkan dengan surga.Ini artinya bahwa antara ampunan Allah dengan surga sangat erat kaitanya. Bahkan, dalam dua ayat terakhir, kata al-maghfirah disebutkan lebih dahulu dari pada surga, sebagai tanda bahwa kunci meraih surga adalah apabila telah meraih ampunan Allah terlebih dahulu.
Masih berkaitan dengan pentingnya ampunan Allah ini (maghfirah), sampai doa yang dipanjatkan malaikat pemangku arasy untuk orang-orang mukmin juga adalah maghfirah / ampunan Allah. Allah berfirman:
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
Artinya: “(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala” (QS. Al-Mu’min [40]: 7).
Demikian juga dengan para nabi. Maghfirah atau ampunan Allah adalah doa semua para nabi. Nabi Adam as misalnya, doa yang dipanjatkan adalah memohon ampunan Allah.
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya: “Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf [7]: 23).
Nabi Ibrahim as pun demikian:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Artinya: “ (Nabi Ibrahim berdoa): Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)" (QS. Ibrahim [14]: 41).
Demikian juga dengan Nabi Musa as:
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya: “Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. AL-Qashash [28]: 16).
Demikian juga dengan para nabi lainnya, termasuk nabi kita Nabi Muhammad Saw.
Para pembaca yang budiman, maghfirah atau ampunan Allah ini betul-betul ditaburkan pada bulan Ramadhan ini. Allah betul-betul ‘mengobral’ ampunanNya pada bulan istimewa ini. Di antara buktinya, ibadah apapun yang dilakukan pada bulan Ramadhan ini, seperti berpuasa, shalat malam atau lainnya, balasannya adalah ampunan / maghfirah Allah. Perhatikan sabda Rasulullah saw di bawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» [متفق عليه]
Artinya: “Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala semata dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim).
Perhatikan juga hadits di bawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» [متفق عليه]
Artinya: “Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang melakukan ibadah (qiyâm) pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala semata dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim).
Imam al-Munâwî dalam kiabnya, Faidhul Qadîr mengatakan: “maksudnya adalah melakukan shalat tarawih atau melakukan shalat apapun pada bulan Ramadhan. Atau menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah apapun selain malam lailatul qadar, seperti membaca al-Qur’an, shalat atau dzikir atau belajar ilmu syar’i, atau untuk perkara-perkara ukhrawi lainnya”.
Perhatikan juga dalam hadits di bawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)) [متفق عليه]
Artinya: “Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang melakukan ibadah pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala semata dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim).
Para pembaca budiman, perhatikan dalam ketiga hadits di atas, Rasulullah saw menyebutkan beberapa bentuk ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan yang balasan semuanya adalah maghfirah atau ampunan Allah.
Bahkan, saking diterbarkannya maghfirah atau ampunan Allah pada bulan Ramadhan ini, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahîhnya, juga yang lainnya, disebutkan bahwa sepuluh hari kedua dari bulan Ramadhan adalah fase khusus maghfirah atau ampunan Allah. Karena itu juga, para ulama menamai bulan Ramadhan ini di antaranya dengan Syahrul Maghfirah atau bulan ampunan.
Hari ini, kita semua baru memasuki babak maghfirah tersebut, karena itu mari kita optimalkan dengan sebaik mungkin, dan jangan disia-siakan. Semoga kita semua termasuk orang yang beruntung yang mendapatkan maghfirah atau ampunan Allah yang diidam-idamkan oleh seluruh makhluk termasuk para nabi dan rasul sekalipun. Semoga.
Wiswa Appia, Geneva, Switzerland, Ahad, 11 Ramadhan 1436 H / 28 Juni 2015
Aep Saepulloh Darusmanwiati
Email: aepmesir@yahoo.com
Aep Saepulloh Darusmanwiati
Email: aepmesir@yahoo.com