Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ENAM RAHASIA KEDERMWANAN RASULULLAH SAW PADA BULAN RAMADHAN

Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati
Rasulullah saw adalah sosok orang yang sangat dermawan. Beliau tidak pernah diminta apapun, kecuali beliau memberikannya. Jabir bin Abdullah menuturkan: “Rasulullah saw tidak pernah mengatakan ‘tidak’ manakala beliau diminta” (HR. Bukhari).
Kedermawanan beliau lebih meningkat lagi manakala bulan Ramadhan tiba. Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Rasulullah saw adalah orang yang sangat dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi, manakala bulan Ramadhan tiba, ketika Malaikat Jibril menemuinya. Malaikat Jibril biasa menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, untuk mengajarkan al-Qur’an. Rasulullah saw sungguh sosok yang sangat dermawan dengan kebaikan laksana angin yang berhembus” (HR. Bukhari Muslim).
Lalu, mengapa Rasulullah saw begitu dermawan pada bulan Ramadhan? Paling tidak, hemat penulis, ada enam rahasia penting:
Pertama, karena kemuliaan waktunya (syaraf az-zaman).
Di antara sebab dilipatgandakannya amal ibadah seseorang adalah karena kemuliaan waktu melaksanakannya (syarafuz zaman). Dan Ramadhan di antara salah satu waktu yang diistimewakan dimaksud.
Hal ini terlihat, misalnya, dari dua belas bulan yang ada, Allah hanya mencantumkan nama Ramadhan secara jelas (sharih) dalam al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 185), dan tidak menyebut bulan-bulan lainnya. Allah juga memilih Ramadhan sebagai waktu yang tepat untuk diturunkannya al-Qur’an. Bahkan, juga kitab-kitab suci dan lembaran-lembaran lainnya (shuhuf), seperti Taurat, Injil, Zabur dan suhuf Ibrahim, sebagaimana yang disampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Semua itu, karena Ramadhan merupakan di antara waktu yang dimuliakan oleh Allah. Dan karenanya, setiap amalan baik apapun, termasuk shadaqah (zakat, infak, sedekah) yang dilakukan pada bulan Ramadhan, pahalanya akan dilipatgandakan.
Karena itu, dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmudzi, ketika Rasulullah saw ditanya: “Shadaqah yang bagaimana yang paling utama?” Rasulullah saw menjawab: “Shadaqah yang dilakukan pada bulan Ramadhan”.
Kedua, membantu orang-orang yang berpuasa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Orang-orang yang berpuasa adalah orang-orang mulia di hadapan Allah; bau mulutnya laksana minyak kasturi, tidurnya dinilai sebagai ibadah, bahkan doanya tidak akan ditolak. Dengan berderma kepada mereka, tentu di antara upaya membantu mereka untuk lebih giat lagi beribadah kepadaNya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka yang berderma, juga akan mendapatkan pahala dari orang yang melakukan ketaatan dimaksud.
Oleh karena itu, dalam hadits shahih riwayat Imam Ahmad, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memberikan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa itu, tanpa berkurang sedikitpun”.
Bayangkan, betapa mundelnya pahala mereka yang bersedekah pada bulan Ramadhan kepada mereka yang berpuasa. Di samping meraih pahala mereka, juga apabila mereka mendoakan anda, maka doanya akan dikabulkan. Subhanallah.
Ketiga, Bulan Ramadhan adalah bulan di mana Allah sangat dermawan kepada hamba-hambaNya.
Bayangkan, Allah mencurahkan rahmat (kasih sayang), maghfirah (ampunan) dan pembebasan dari api neraka (‘itqun minannâr) selama bulan Ramadhan, terlebih pada Lailatul Qadar. Dan tentu ini sebagai pernyataan tersirat agar hambaNya pun melakukan hal yang sama.
Ketika hambanya dermawan, maka Allah akan lebih dermawan lagi kepadanya; semua doa akan dikabulkan, semua harta yang telah diberikan akan diganti dengan lebih berlipat, semua tenaga, pikiran akan diganti dengan lebih baik, umur, rizki, keturunan dan keluarga akan diberkahkan. Apakah ini bukan sesuatu yang amat istimewa?
“Sesungguhnya Allah akan lebih sayang kepada hamba-hambaNya yang juga penyayang kepada sesamanya”, demikian sabda Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.
Keempat, menyatukan amalan shadaqah dengan puasa dalam satu waktu merupakan di antara pelantara penting meraih surga.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya di surga ada beberapa kamar, di mana bagian dalamnya nampak dari luar, dan bagian luar nampak dari dalamnya”. Para sahabat bertanya: “Bagi siapa kamar tersebut ya Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab: “Bagi mereka yang selalu bertutur kata dengan baik, memberi makan fakir miskin, melanggengkan puasa dan shalat malam ketika orang-orang terlelap tidur”.
Semua amalan yang disebutkan dalam hadits di atas ada pada bulan Ramadhan; orang yang berpuasa dianjurkan menjaga lisan dan anggota tubuh lainnya, memberikan makan baik dengan memberi makan untuk berbuka, zakat fitrah, zakat mal atau infak biasa, berpuasa di siang hari dan shalat qiyamullail di malam hari. Maka kamar-kamar surga di atas besar kemungkinan akan diraih pada bulan Ramadhan.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw bertanya: “Siapakah di antara kalian yang berpuasa hari ini?” Abu Bakar menjawab: “Saya ya Rasulullah”. Rasul kembali bertanya: “Siapa di antara kalian yang hari ini mengantar orang yang meninggal dunia?” Abu Bakar kembali menjawab: “Saya ya Rasulullah”. Rasulullah saw bertanya lagi: “Siapa di antara kalian yang hari ini bersedekah?” Abu Bakar menjawab: “Saya”. Rasulullah bertanya kembali: “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar kembali menjawab: “Saya ya Rasulullah”. Rasulullah saw kemudian bersabda: “Siapa yang melakukan amalan di atas dalam satu hari, maka baginya surga”. Demikianlah, shadaqah dan puasa merupakan dua hal penting untuk meraih surga.
Kelima, puasa dan sedekah merupakan dua hal sangat penting untuk menjauhkan diri dari api neraka.
Dalam banyak hadits disebutkan, bahwa puasa merupakan tameng (junnah) dari api neraka, demikian juga shadaqah, merupakan penolak dari panasnya api neraka kelak. Karena itu, Abu Darda pernah berkata: “Shalatlah dua rakaat di malam gelap gulita, untuk menangkal gelapnya kubur kelak, puasalah pada hari yang sangat panas, untuk menangkal panasnya kelak di padang mahsyar, dan bersedekahlah dengan apa saja, untuk menahan jerih payah kelak pada hari pembalasan”.
Keenam, selama melakukan ibadah puasa, tentu ada kekurangan dan kekhilafan, baik kata-kata menyakitkan yang tidak disengaja, atau marah yang keluar di luar sadar kita, ataupun lainnya. Dan shadaqah dapat menutup kekurangan dan bolong tersebut. Karena itu semakin rajin bersedekah, tentu semakin banyak bolong-bolong yang dapat ditutup dan ditambal. Oleh karena itu juga, di akhir Ramadhan, orang Islam diperintahkan untuk mengeluarkan Zakat Fitrah, sebagai di antara upaya menutup kekurangan dan bolong-bolong selama berpuasa.
Demikian di antara rahasia, mengapa Rasulullah saw lebih dermawan lagi manakala bulan Ramadhan tiba. Semua karena banyak rahasia dan keistimewaan yang hanya didapatkan pada bulan Ramadhan, dan tidak pada bulan-bulan lainnya.
Untuk itu, siapa yang lebih banyak berderma dengan membantu sesamanya yang memerlukan, baik melalui zakat maupun infak, tentu bukan hanya telah mencontoh Rasulullah saw, akan tetapi juga akan meraih banyak pahala dan keistimewaan.
Sebelum menutup tulisan ringan ini, izinkan saya mengutip satu sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Aku bersumpah akan tiga hal: “Pertama, harta seseorang tidak akan pernah berkurang lantaran gemar bersedekah…”.
Demikian catatan terakhir sebagai penekanan dari Rasulullah, bahwa tidak akan pernah harta seseorang berkurang lantaran gemar berderma. Yang terjadi justru sebaliknya, hartanya makin berkah, makin bertambah dan terus melimpah. "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah sebaik-baik Pemberi rezki" (QS. Saba' [34]: 39).
Rasulullah saw juga bersabda: “Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan sesama manusia serta jauh dari api neraka. Sedangkan orang yang pelit dan kikir, ia jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan api neraka. Orang yang bodoh tapi dermawan, lebih dicintai oleh Allah, dari pada orang yang rajin ibadah tapi pelit dan kikir" (HR. Baihaki). Wallahu 'alam.
Prévessin-Moëns, Perancis, Sabtu, 03 Ramadhan 1436 H / 20 Juni 2015
Aep Saepulloh Darusmanwiati
Email: aepmesir@yahoo.com